Gunung Kelud,
dalam aksara jawa (sering disalah tuliskan menjadi Kelut dalam bahasa Jawa;
dalam bahasa Belanda disebut Klut, Cloot, Kloet,
atau Kloete) adalah sebuah gunung berapi di
Provinsi Jawa
Timur, Indonesia, yang tergolong aktif. Gunung ini berada di
perbatasan antara Kabupaten Kediri, Kabupaten Blitar,
dan Kabupaten Malang , kira-kira 27 km
sebelah timur pusat Kota
Kediri.
Sebagaimana Gunung Merapi,
Gunung Kelud merupakan salah satu gunung berapi paling aktif di Indonesia.[1] Sejak
tahun 1000 M, Kelud telah meletus lebih dari 30 kali, dengan letusan terbesar
berkekuatan 5 Volcanic Explosivity Index (VEI). Letusan
terakhir Gunung Kelud terjadi pada tahun 2014.
Letusan Kelud 2014 dianggap lebih dahsyat daripada
tahun 1990. meskipun hanya berlangsung tidak lebih daripada dua hari dan
memakan 4 korban jiwa akibat peristiwa ikutan, bukan akibat langsung letusan
Peningkatan aktivitas sudah
dideteksi di akhir tahun 2013 Namun, situasi kembali tenang. Baru
kemudian diumumkan peningkatan status dari Normal menjadi Waspada sejak tanggal
2 Februari 2014
Pada 10 Februari 2014, Gunung
Kelud dinaikkan statusnya menjadi Siaga dan kemudian pada tanggal 13 Februari
pukul 21.15 diumumkan status bahaya tertinggi, Awas (Level IV)sehingga radius
10 km dari puncak harus dikosongkan dari manusia. Hanya dalam waktu kurang dari
dua jam, pada pukul 22.50 telah terjadi letusan pertama tipe ledakan
(eksplosif). Erupsi tipe eksplosif seperti pada tahun 1990 ini (pada tahun 2007
tipenya efusif, yaitu berupa aliran magma) menyebabkan hujan kerikil yang cukup
lebat dirasakan warga di wilayah Kecamatan Ngancar, Kediri, Jawa Timur, lokasi
tempat gunung berapi yang terkenal aktif ini berada, bahkan hingga kota Pare, Kediri Wilayah
Kecamatan Wates dijadikan tempat tujuan pengungsian
warga yang tinggal dalam radius sampai 10 kilometer dari kubah lava, sesuai
rekomendasi dari Pusat Vulkanologi, Mitigasi, dan Bencana Geologi
(PVMBG) Suara ledakan dilaporkan terdengar hingga kota Surabaya, Solo dan Yogyakarta (
berjarak 200 km dari pusat letusan), bahkan Purbalingga (lebih kurang 300 km), Jawa
Tengah
Dampak berupa abu vulkanik pada
tanggal 14 Februari 2014 dini hari dilaporkan warga telah mencapai Kabupaten
Ponorogo. Di Yogyakarta, teramati hampir seluruh wilayah tertutup abu vulkanik
yang cukup pekat, melebihi abu vulkanik dari Merapi pada
tahun 2010. Ketebalan abu vulkanik di kawasan Yogyakarta dan Sleman bahkan
diperkirakan lebih dari 2 centimeter. Abu vulkanik juga sampai di wilayah Kabupaten
Kebumen esok paginya dengan ketebalan hingga 3 cm. Hujan abu di
Kabupaten Kebumen kemudian diikuti dibarengi dengan hujan air sehingga menjadi
hujan lumpur. Dampak abu vulkanik juga mengarah ke arah Barat Jawa, dan
dilaporkan sudah mencapai Kabupaten Ciamis, Bandung dan beberapa daerah lain di
Jawa Barat.sekitar 3-5 meter karena turunnya abu vulkanik dari letusan Gunung
Kelud tersebut sehingga banyak kendaraan bermotor yang berjalan sangat pelan.
Hujan abu dari letusan
melumpuhkan Jawa. Tujuh bandara di Yogyakarta, Surakarta, Surabaya,
Malang, Semarang, Cilacap dan Bandung, ditutup. kerugian keuangan dari
penutupan bandara yang dinilai mencapai miliaran rupiah, termasuk sekitar 2
miliar rupiah di Bandara Internasional Juanda di Surabaya.[17] Kerusakan
yang signifikan disebabkan untuk berbagai manufaktur dan industri pertanian.
Akibat hujan abu, perusahaan seperti Unilever Indonesia mengalami kesulitan
mendistribusikan produk mereka di seluruh daerah yang terdampak. Kebun apel di Batu,
Jawa Timur, membukukan kerugian hingga Rp 17,8 miliar, sedangkan industri susu
di provinsi ini membukukan kerugian tinggi.
Kondisi gunung setelah letusan
satu malam tersebut berangsur tenang dan pada tanggal 20 Februari 2014 status
aktivitas diturunkan dari Awas menjadi Siaga (level III) oleh PVMBG.
Selanjutnya pada tanggal 28 Februari 2014 status kembali turun menjadi Waspada
(Level II). Akibat letusan ini, kubah yang menyumbat jalur keluarnya lava
hancur dan Kelud memiliki kawah kering. Dimungkinkan terbentuk danau kawah
kembali setelah beberapa tahun.
Pada awal Maret sebagian besar
dari 12.304 bangunan hancur atau rusak selama letusan telah diperbaiki, dengan
perkiraan biaya sebesar Rp 55 miliar.
Legenda Gunung Kelud
Gunung Kelud memiliki
pembentukkanya tersendiri. Konon, gunung itu bukan berasal dari gundukan tanah
yang meninggi alami. Awal Gunung Kelud terbentuk berasal dari penolakan cinta
seorang putri bernama Dewi Kilisuci terhadap dua raja berkepala Kerbau dan
Lembu, Mahesa Suro dan Lembu Suro.
Dewi Kilisuci adalah
seorang putri Jenggolo Manik yang terkenal dengan kecantikannya. Mahesa Suro
dan Lembu Suro pun terpikat dengannya. Namun, Dewi ingin menolak ungkapan cinta
dua raja tersebut. Salah satu caranya adalah dengan membuat sayembara membuat
dua sumur di atas puncak Gunung Kelud.
Dua sumur itu pun
bukan sumur biasa, kedua raja itu harus membuat sumur berbau amis dan harum.
Sumur itu harus selesai dalam satu malam. Ternyata, kedua raja ini mampu
membuat sumur itu dan keduanya pun memenuhi syarat sayembara. Sang putri tetap
enggan menikah dengan kedua raja tersebut.
Akhirnya, dia meminta
kedua raja itu membuktikan kedua sumur itu benar-benar bau amis dan harum
dengan masuk ke dalamnya. Kedua raja itu pun nurut dengan rayuan sang putri dan
masuk ke dalam sumur. Dewi Kilisuci pun langsung memerintahkan prajurit
Jenggala untuk menimbun keduanya dengan batu. Mahesa Suro dan Lembu Suro pun
mati di dalam sumur tersebut.
“Ya, orang kediri akan
mendapatkan balasan dariku yang sangat besar. Kediri akan menjad i sungai,
Blitar jadi daratan, dan Tulungagung jadi danau,” sumpah Lembu Suro sebelum
mati tertimbun batu.
Akhirnya, kisah
legenda itu membuat masyarakat lereng Gunung Kelud melakukan sesaji sebagai
tolak bala sumpah Lembu Suro tersebut.
💙💙💙
ReplyDelete👍👍👍👍👍
ReplyDelete